Misteri jatuhnya Pessawat sukhoi

Posted by Thoha Syafi` On Senin, 21 Mei 2012 0 komentar

thoha-info.blogspot.com, Jakarta: Remuk,hancur lebur nyaris tidak berbentuk. Hanya serpihan puing-puing dari pesawat Sukhoi Superjet 100 yang masih berserakan di salah satu lereng Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat. Belum semua korban teridentifikasi dari 45 penumpang yang di antaranya sejumlah pebisnis dan wartawan sekaligus kru pesawat nahas ini. Kondisi jenazah yang tidak utuh dan sebagian hangus menyebabkan identifikasi tak mudah dilakukan.

Sementara itu, salah satu kotak hitam alias black box sudah ditemukan dalam kondisi baik. Namun, karena satu kotak hitam lain belum ditemukan, analisis soal kecelakaan ini masih butuh waktu lama. Sehingga sebab kecelakaan maut pesawat buatan Rusia itu masih misterius.


Pesawat komersil yang mampu mengangkut 96 penumpang ini hilang kontak pada 9 Mei silam, pukul 14.33 WIB atau sekitar 20 menit lepas landas dari Bandar Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur. Pesawat yang dipiloti Alexander Yablontsev itu tengah demo terbang atau joy flight.

Sebelum ke Indonesia, Sukhoi sudah terbang di Myanmar, Pakistan, serta Kazakhstan. Pesawat ini dijadwalkan akan mencoba udara Laos dan Vietnam. Semuanya dengan satu tujuan, menawarkan pesawat yang diklaim canggih ini.

Komunikasi terakhir sebelum hilang dari pantauan radar, pilot Alexander minta izin kepada Air Traffic Control atau ATC untuk menurunkan ketinggian pesawat. Mantan letkol Angkatan Udara Rusia yang memegang 14 ribu lebih jam ini menurunkan pesawat dari ketinggian 10.000 kali ke 6.000 kaki ke arah kanan dengan lokasi di sekitar Gunung Salak.

Pertanyaan pun kemudian muncul. Mengapa joy flight pesawat Sukhoi yang notabene penerbangan promosi melalui jalur pegunungan? Meski disebut-sebut sebagai tempat yang aman untuk penerbangan, kawasan Gunung Salak sudah beberapa kali menjadi kuburan bagi pesawat ataupun helikopter di Tanah Air.

Pada 2009, pesawat latih jenis Sundowner dan heli Puma milik TNI AU jatuh. Sebelumnya, pada 2008 pesawat Casa A 212-200 milik TNI AU juga mengalami kecelakaan. Pesawat Cessna 185 buatan 2004 juga celaka di lokasi yang tak jauh berbeda.

Spekulasi berkembang terkait kecelakaan ini. Mulai dari human error atau kesalahan manusia hingga sistem komunikasi di jalur penerbangan di Tanah Air. Wilayah udara Indonesia bukan rahasia lagi banyak mendapat gangguan sinyal radio siaran atapun BTS yang berpengaruh terhadap komunikasi pilot dengan ATC. Tentu ini jadi masalah buat awak pesawat terbang terutama pilot asing yang jarang terbang di Indonesia.

Persoalan juga merembet ke infrastruktur bandara yang dianggap tidak cukup memadai. Pertanyaan lain juga muncul soal kinerja pesawat Sukhoi yang disebut sebut pesawat canggih itu. Salah satunya di Maret lalu saat pesawat Sukhoi Superjet yang terbang dari Moskow ke Astrakhan bermasalah dengan roda pendarat pesawat. Hal ini memaksa pilot kembali ke Moskow. Meski demikian, belum pernah tercatat adanya korban jiwa.

Tragedi ini juga memancing keingintahuan bentuk topografi Gunung Salak. Selain itu, apa yang bisa menyebabkan pesawat yang melintas di sekitar gunung api tidak aktif ini mengalami masalah. Sempat tersiar kabar, jatuhnya pesawat sukhoi disebabkan anomali magnetik yang dipicu kondisi geologi daerah Gunung Salak dan sekitarnya. Jalur ini merupakan jalur mineralisasi dengan mineral tertentu dalam jumlah banyak.

Suyatno Yuwono, Senior Geologist Institut Teknologi Bandung, mengungkapkan tipis kemungkinannya adanya anomali magnetik di sekitar lokasi kecelakaan Sukhoi. Dugaannya malah berasal dari kondisi topografi lokasi jatuhnya pesawat yang diapit dua pegunungan. Pesawat yang turun terlalu rendah di tengah kawasan pegunungan bisa menyebabkan antisipasi pilot terlambat dan hilang kendali.

Penyelidikan seputar jatuhnya pesawat Sukhoi memang masih menunggu hasil investigasi Komisi Nasional Keselamatan Transportasi atau KNKT. Semoga apapun hasilnya bisa mendorong terciptanya keselamatan penerbangan di Tanah Air.(BOG)

0 komentar:

Posting Komentar